Image

KADISBUN JATIM APREASIASI EDUWISATA RUMAH COKLAT TRENGGALEK

01 Mar 2017  |   Berita   |   71 views

Tumbuh kembangnya kakao rakyat di Jawa Timur memiliki andil besar dalam mengangkat harkat martabat dan kesejahteraan petani kakao, serta masyarakat yang terlibat di industri hilirnya. Kehadiran kakao rakyat juga berdampak positif dalam mendorong kelompok tani di berbagai daerah untuk berpikir kreatif dalam membuat olahan cokelat. Semangat yang digalang Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dengan membangun sabuk kakao (cocoa belt) di wilayah Jawa Timur bagian Selatan, kini telah membuahkan hasil nyata dengan bangkitnya perekonomian dan kreativitas para petani kakao maupun masyarakat sekitar.

Hadirnya Kampoeng Coklat di Blitar juga merupakan salah satu bukti betapa kehadiran kakao rakyat bisa merangsang kreativitas dan inovasi Cholid Mustofa. Selain itu melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Guyup Santosa, ia mampu memperkuat bargaining positionnya di pasar lokal maupun internasional, dengan mengatur distribusi hasil panen petani kakao anggotanya, sehingga bisa mendapatkan harga terbaik. Tidak hanya itu, kekuatan mereka juga diwujudkan dengan inovasi usaha, dimana mampu menghadirkan kompilasi agrowisata, pusat penampungan biji cokelat hasil panen ribuan petani, pusat penjualan aneka makanan berbahan cokelat, dan sekaligus pemberdayaan masyarakat sekitar dalam wadah Kampoeng Coklat.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Ir. Moch. Samsul Arifien, MMA, kehadiran Kampoeng Coklat dan Gapoktan Guyup Santosa tidak saja membuat petani kakao menjadi lebih mudah menjual hasil panennya, tetapi juga mampu menstimulan kelompok-kelompok tani di daerah lain untuk bangkit mengelola biji kakao yang dihasilkannya menjadi olahan cokelat. Salah satu yang sudah turut unjuk gigi adalah Rumah Coklat di Desa Karangan, Kec. Karangan, Kab. Trenggalek. Usaha keras yang telah dirintis melalui UPH Kakao sejak 2009/2010 lalu, kini telah berkembang menjadi eduwisata Rumah Coklat.

Sejauh ini perkembangan tanaman kakao di Kabupaten Trenggalek tergolong luar biasa walaupun dari sisi produktivitas belum maksimal. Namun Trenggalek mampu melahirkan tokoh petani sekelas Mbah Moesodjo dan Muntiah (putrinya), yang begitu militan mengembangkan kakao dan mengolahnya menjadi aneka makanan cokelat yang kini bisa dinikmati masyarakat Trenggalek dan sekitarnya dengan harga terjangkau.

“Untuk menjadikan kakao dan cokelat di Trenggalek ini lebih berkembang, maka dibutuhkan keseriusan dan kefokusan tokoh-tokoh kakao yang ada di Trenggalek dengan dukungan pemerintah daerah. Rumah Coklat ini harus bisa menjadi wahana edukasi sekaligus rekreasi bagi wisatawan, terutama para generasi muda. Anak-anak sekolah harus diajari bagaimana menanam kakao sampai mengolahnya menjadi makanan cokelat. Mereka juga sejak dini  harus dibiasakan mengonsumsi cokelat, karena makanan ini menyehatkan,” papar Kadisbun, dalam sambutannya di hadapan Bupati, para pejabat dari berbagai institusi, serta perwakilan guru dan pelajar se-Trenggalek.

Lebih jauh Kadisbun Jatim menegaskan, dukungan Bupati dan Ibu Bupati Trenggalek sangatlah penting dalam menjadikan Rumah Coklat yang ada di Karangan sebagai wahana edukatif atau eduwisata yang akan merevolusi pola pikir generasi muda terhadap kakao dan cokelat. Sebagaimana diketahui banyak orang menganggap cokelat itu makanan tidak sehat, karena bisa merusak gigi. Padahal dalam cokelat ada kandungan flavanols, sejenis flavanoid yang merupakan antioksidan yang baik bagi tubuh. Flavanoid ini sangat baik untuk mencegah dan melawan kanker, meningkatkan mood dan libido, serta menghilangkan stres.

“Jawa Timur sudah memiliki Kampoeng Coklat di Blitar dan sekarang Rumah Coklat di Trenggalek. Sebentar lagi juga dirancang ada Warung Coklat di Kediri. Dan ke depan bersama dengan tokoh cokelat Jawa Timur, Pak Isdarmawan Asrikan, yang didukung Pusat Penelitian Kopi Kakao Jember, akan dirancang pembangunan Istana Cokelat di Surabaya. Di Istana Cokelat yang ditargetkan rampung 2 tahun mendatang nantinya akan menampung semua produk-produk cokelat unggulan dari Jawa Timur, termasuk dari Kampoeng Coklat, Rumah Coklat, Warung Coklat dan daerah lainnya,” tutur Kadisbun.

Untuk membangun wisata cokelat yang bermutu, menurut Kadisbun sangat dibutuhkan sinergi para pemangku kepentingan. Kelompok tani tidak bisa berjalan sendiri tanpa didukung pemerintah, baik dari sisi kebijakan maupun promosi-promosi dalam menggerakkan wisata cokelat setara di Malaysia maupun Belgia.

“Kita bisa memulainya dengan mengarahkan pejabat dan wisatawan yang masuk Trenggalek untuk singgah di Rumah Coklat. Juga mendorong para pelajar mulai dari TK sampai SMA, serta para mahasiswa di Trenggalek dan sekitarnya untuk menikmati eduwisata Rumah Coklat. Dengan cara ini maka Rumah Coklat maupun wisata cokelat lainnya akan bisa bangkit menjadi bisnis yang mendidik dan menguntungkan bagi semua pihak,” tegas Kadisbun. Secara terbuka Kadisbun menyatakan apreasi dan dukungan terhadap usaha pengembangan cokelat menjadi olahan bermutu dan wahana wisata.

Sebelum meresmikan House of Chocolate (Rumah Coklat), Bupati Trenggalek Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc, dalam sambutannya mengakui wilayah Jawa Timur bagian Selatan, termasuk Kabupaten Trenggalek, sangatlah sesuai untuk pengembangan komoditi kakao. Pejabat lulusan Doktor termuda di S3 Ritsumeikan Asia Pasific University Japan (2005-2006) ini ingin ke depan seluruh petani kakao di Trenggalek bisa diwadahi di koperasi, sehingga memiliki kekuatan untuk menghadapi fluktuasi harga pasar kakao dan kemudahan mendapatkan permodalan.

“Saya yakin Trenggalek memiliki potensi yang tidak kalah dengan Kampoeng Coklat di Blitar. Rumah Coklat ini juga bisa menjadi sentra edukasi yang memperkenalkan kakao dan cokelat Trenggalek. Trenggalek juga mulai fokus dalam budidaya kakao organik. Harapan kami, Rumah Coklat ini bisa menjadi destinasi yang mampu memperkenalkan cokelat Trenggalek, sehingga posisinya makin diperhitungkan,” tuturnya.

Lebih lanjut Emil Dardak menyatakan pihaknya siap memperkenalkan cokelat sebagai salah satu kreasi oleh-oleh (camilan) khas Trenggalek, yang bisa saja dipadukan dengan alen-alen dan kripik tempe yang selama ini sudah dikenal sebagai oleh-oleh khas Trenggalek. Ia juga ingin melalui ibu-ibu PKK akan dilombakan kreasi camilan berbahan cokelat.

“Kami berharap Rumah Coklat ini bisa menjadi start yang bagus dalam menstimulan olahan-olahan cokelat di Trenggalek agar menjadi lebih baik lagi. Kemasan dan kreasi produk olahannya akan terus diperbaiki, agar produk-produk olahan cokelat Jawa Timur, termasuk dari Trenggalek bisa penetrasi di pasar dalam negeri maupun luar negeri,” tegasnya.

Bupati Trenggalek juga berharap potensi produktivitas kakao di wilayahnya bisa ditingatkan jauh lebih tinggi lagi dari saat ini rata-rat 360 kg/Ha menjadi 700 kg/Ha.

Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek, Ir. Djoko Surono tak menampik bahwa pengembangan kakao rakyat yang sudah dilakukan sejak 25 tahun lalu tidak lepas dari peran besar Kepala Seksi Tanaman Tahunan di Sub Dinas Tanaman Produksi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur yang sekarang menjabat Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Ir. Moch. Samsul Arifien, MMA. Tak heran bagi kalangan petani kakao, khususnya yang ada di Jawa Timur bagian Selatan menganggap, Samsul Arifien, sebagai Bapak Kakao Rakyat Jawa Timur.

“Tak bisa dipungkiri pengembangan kakao di Trenggalek yang sudah berlangsung 25 tahunan masih pasang surut. Saat ini di Trenggalek sudah ada tanaman kakao seluas 4.008 Ha, dengan luas tanaman menghasilkan (TM) mencapai 2.271 Ha. Ini tidak lepas dari dukungan yang luar biasa dari Pak Samsul, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Setiap tahun Kabupaten Trenggalek mendapatkan alokasi bantuan pengembangan kakao seluas 200 sampai 500 hektar,” papar Djoko.

Produksi biji kakao kering di Trenggalek mencapai 820 ton, dimana rata-rata 2,5 ton per hari diserap oleh Kampoeng Coklat. Hal ini memotivasi kelompok tani dan pemerintah daerah untuk mengembangkan pengolahan kakao sendiri di Trenggalek. UPH Kakao di Karangan dirintis mulai tahun 2009/2010. Saat itu UPH Kakao mendapat bantuan alat-alat pengolahan cokelat sangat sederhana, dengan kapasitas produksi 2 kg/jam. Namun pada Maret 2017 mendatang kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi 10 kg/jam.

Rumah Coklat yang diresmikan Bupati Trenggalek pada 3 Pebruari 2017 lalu, sudah banyak dikunjungi siswa-siswi dari berbagai sekolah yang ada di Trenggalek dan juga mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur maupun Yogyakarta yang ingin belajar cara pengolahan kakao. Djoko berharap bisa menjadikan Rumah Coklat ini sebagai wahana edukasi yang lebih baik lagi bagi seluruh siswa dan wisatawan yang berkunjung.*

Author By : Satrio - KADISBUN JATIM APREASIASI EDUWISATA RUMAH COKLAT TRENGGALEK - 01 Mar 2017