Image

Diusulkan Naik 25 Persen, HPP Gula 2012 Dianggap Belum Ideal

24 Apr 2012  |   Berita   |   68 views

Rencana penetapan harga patokan petani (HPP) gula oleh pemerintah hingga kini belum ada kepastian besaran jumlahnya. Dari harga HPP 2011, yakni Rp 7.000, kini diusulkan Dewan Gula Indonesia (DGI) naik 25 persen jadi Rp 8.750. Kenaikan itu dianggap belum ideal atau belum seimbang dengan harga gula kristal putih di pasar yang kini mencapai Rp 10.500.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA  mengatakan, saat ini dengan masih gunakan patokan HPP sebesar Rp 7.000 dengan asumsi kenaikan harga Rp 1.500 sebagai biaya distribusi dan margin pedagang, maka harga seharusnya Rp 8.500. Namun faktanya, harga saat ini sudah mencapai Rp 10.500 per kg di pasar Jatim.
Jika disetujui HPP jadi Rp 8.750 atau naik 25 persen dan ditambah biaya distribusi dan margin pedagang Rp 1.500, maka harga di pasar seharusnya Rp 10.250. “Namun, apakah jika HPP disetujui harga gula di pasar masih Rp sekitar Rp 10.500? karena dikhawatirkan harga naik lebih tinggi lagi,” katanya.
Namun, kata Samsul, jika saja kenaikan HPP 30 persen, maka harga menjadi Rp 9.100 seperti yang diusulkan petani. Dengan penambahan biaya distribusi dan margin pedagang maka harga di pasar tergolong normal dengan nilai Rp 10.600 sesuai harga saat ini. Kalaupun ada kenaikan, maka harga tak jauh dari HPP,” ujarnya.
Menurut dia, kenaikan harga gula di pasar saat ini hanyalah kepanikan pedagang saja atas rencana kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Kendati BBM batal naik, lanjut dia, harga di pasar pun masih tetap tinggi, karena gula ada di tangan pedagang.
Jika melihat kondisi yang ada sekarang ini, kenaikan HPP gula memang  diperlukan mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula dan kehidupan petani gula juga sudah mengalami peningkatan. Misalnya saja  besaran inflasi,  kenaikan harga beras dan pendapatan petani.
Samsul menjelaskan, kenaikan  HPP juga diperlukan untuk mamacu petani agar  terus menanam tebu sehingga produksi tebu mengalami peningkatan yang berujung pada swasembada produksi gula di dalam negeri. Namun, kata dia, yang jadi persoalan adalah kenaikan HPP gula itu harus juga memperhatikan pihak lainnya, dalam hal ini adalah masyarakat dan pelaku usaha pengguna gula putih.
Perlu diketahui, kondisi pergulaan di Jatim saat ini masih tergolong aman. Ini dapat dilihat dari hasil produksi gula 2011 yang mampu capai 1.051.000 ton. Dari jumlah itu, dengan asumsi konsumsi 40 ribu ton per bulan untuk masyarakat Jatim selama setahun maka hanya butuh 480 ribu ton gula. Ditambah kebutuhan untuk konsumsi makanan dan minuman industrio pertahun sebesar 100 ribu ton, maka total kebutuhan hanya 580 ribu ton gula per tahun.
Artinya, kata Samsul, Jatim masih surplus 671 ribu ton gula. Sisa tersebut diprioritaskan untuk distribusi bagi wilayah Indonesia Timur. “Jika Jatim surplus gula, maka kalau harga di pasar terlampau tinggi, maka akan sangat disayangkan. Seharusnya gula di Jatim lebih terjangkau dari daerah lain,” tukasnya. (afr/Diskominfo Jatim)

Author By : Yasint - Diusulkan Naik 25 Persen, HPP Gula 2012 Dianggap Belum Ideal - 24 Apr 2012