Image

Produksi Kopi Brazil Turun, Peluang Kopi Indonesia Kuasai Pasar

09 May 2012  |   Berita   |   57 views

Selama ini Brazil terkenal memiliki produksi kopi yang cukup besar baik jenis Arabika atau Robusta. Namun, tahun ini produksi di negara itu diprediksi alami banyak penurunan. Sehingga itu dapat jadi peluang bagi kopi produksi Indonesia untuk dapat menguasai pasar kopi.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Ir Moch Samsul Arifien MMA mengatakan, penurunan produksi di Brazil banyak disebabkan karena faktor cuaca yang kini di wilayah Amerika Selatan sedang mengalami musim dingin. Hal itu, kata dia, tentu akan memengaruhi hasil produksi. 
Brazil, selama ini menjadi raksasa penghasil kopi di dunia. Ini karena produktivitas kopi di sana cukup tinggi. Hanya dengan luas area tanam 800 ribu hektar saja, mereka mampu menghasilkan kopi sebanyak 2 ton per hektar atau sekitar 1,2 juta ton per tahun.
Tentunya, hal ini bertolak belakang dengan Indonesia yang luas areal tanam lebih besar, yakni 1,3 juta hektar. Namun tiap hektar hanya 650 ribu ton, sehingga hanya mampu menghasilakn 800 ribu ton per tahun. “Soal kualitas, kopi Indonesia memang masih bisa diunggulkan, tapi produktivitaskita masih rendah dan kalah jauh dari Brazil,” katanya.
Kendati produktivitas masih rendah, dengan adanya kondisi musim dingin di Brazil, lanjut dia, hal ini harus menjadi peluang bagi produsen kopi Indoensia, khususnya di Jatim untuk meningkatkan hasil produksinya. Dengan begitu, kopi yang diproduksi petani atau dari perkebunan besar dapat menguasai pasar yang biasa dimasuki Brazil.
Samsul mengatakan, untuk harga kopi saat ini masih relatif stabil. Untuk jenis Robusta perkilonya kini 16-18 ribu perkilogram dan jenis Arabika mencapai 45-50 ribu perkilogramnya. “Harga kini masih cukup tinggi, jadi petani juga tak perlu khawatir,” ucapnya. Terlebih, lanjutnya, hasil produksi dari Brazil dan Thailand menurun dan dengan kebutuhan konsumsi yang kini terus meningkat, maka pasti tetap akan terbeli.
Saat ini, sentra kopi robusta rakyat di Jatim tebesar di Kabupaten Malang dengan luas 11.690 hektar, disusul Jember  seluas 5.608 hektar. Di Lumajang luasnya mencapai 5.207 hektar, Banyuwangi 3.751 hektar, dan di Blitar 1.652 hektar. Sedangkan untuk kopi arabika rakyat berada di Kabupaten Pasuruan seluas 2.844 hektar, Probolinggo seluas 1.102 hektar dan Situbondo 806 hektar. Selebihnya menyebar di 19 kabupaten/kota lainnya.
Guna meningkatkan hasil produksi kopi, pihaknya menargetkan rehabilitasi lahan tanam untuk komoditas kopi robusta. Rencananya, rehabilitasi tersebut akan dilakukan di empat kabupaten, yakni Madiun, Pacitan, Ponorogo, dan Tulungagung dengan total luas lahan sebesar 200 hektar.
Untuk tiga daerah, yakni Madiun, Pacitan, Ponorogo masing-masing akan direhabilitasi lahannya seluar 40 hektar. Lahan tersebut akan ditanami kembali bibit kopi robusta sebanyak 5000 batang dan diberi pupuk majemuk sebanyak 400 kg. Sedangkan di Tulungagung lahannya lebih luas, yakni 80 hektar dan ditanani bibit sebanyak 10.000 batang dan diberi pupuk majemuk sebanyak 800 kg. Rehabilitasi dilakukan untuk mengganti bibit kopi robusta yang sudah tua atau rusak secara bertahap. Rencananya tiap hektarnya akan ditanami 125 batang dan diberi pupuk majemuk 10 kg per hektar.
Sedangkan untuk kopi arabika, kini jumlahnya memang masih terbatas. Sementara pasar untuk distribusinya masih terbuka lebar dan bisa diekspor ke luar negeri. Namun, pengembangan kopi arabika yang cukup sulit, karena harus memenuhi persyaratan teknis yakni di atas lahan dengan ketinggian diatas 800 mdpl.
Adapun pengembangan kopi arabika di Jatim telah diupayakan di empat daerah, yakni Malang, Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso yang pembiayaannya melalui APBD Jatim 2011. Di Malang, Disbun Jatim menanam bibit sebanyak 15 ribu batang di lahan seluias 15 hektar melalui program pengembangan sistem kebersamaan ekonomi (SKE) usaha perkebunan.
Untuk pengembangan di Probolinggo dan Situbondo masing-masing mendapatkan bibit kopi arabika sebanyak 25 ribu untuk ditanam di 25 hektar lahan. Pemberian bantuan pengembangan itu diberikan melalui program kemitraan masyarakat petani dan pemilik modal serta pendampingan CSR. Sedangkan pengembangan di Bondowoso menjadi wilayah dengan potensi terluas, yakni di lahan 35 hektar yang ditanami 35 ribu bibit melalui program Primatani (pengembangan rintisan pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian). (afr/Diskominfo Jatim)

Author By : Yasint - Produksi Kopi Brazil Turun, Peluang Kopi Indonesia Kuasai Pasar - 09 May 2012