Image

Bahan Bakar Nabati dari Kemiri Sunan Baru Dikembangkan 2013

09 May 2012  |   Berita   |   56 views

Semakin menipisnya stok bahan bakar minyak tak terbarukan dari fosil kini terus dicarikan alternatifnya. Salah satunya yakni biofuel/solar dari buah tanaman kemiri sunan. Sebagai bahan bakar nabati, serupa dengan jarak pagar, kelapa, dan kelapa sawit, kemiri sunan di Jatim bakal mulai dikembangkan pada 2013 mendatang.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA mengatakan, kemiri sunan saat ini telah ada di sekitar Ponpes Sunan Drajat Lamongan seluas 100 hektar. Untuk pengembangannya kini dilakukan pembibitan sebanyak 5 ribu bibit di areal tersebut. Selain di Lamongan, kini juga mulai diujicobakan di Kab Ngawi seluas 5 hektar.
“Targetnya pengembangan lebih besar baru akan dilakukan pada 2013 mendatang dengan menggunakan dana APBN di Lamongan, Ngawi, dan Bojonegoro,” kata Samsul. Tahun ini pihaknya hanya mengoptimalkan riset wilayah yang cocok untuk dikembangkan kemiri sunan dan hasilnya baru akan diusulkan ke pemerintah pusat agar dapat alokasi dari APBN 2013.
Samsul menambahkan, kandungan bio fuel kemiri sunan melebihi kelapa sawit dan minyak jarak pagar.  Kalau minyak jarak kandungan biofuelnya hanya 30 persen dan kelapa sawit 60 persen, Kemiri Sunan hampir 85 persen menjadi minyak diesel dengan rendemen sekitar 50 persen.
Ia pun membandingkan, jika jarak pagar tiap 8 kg mampu hasilkan 1 liter biosolar, dengan harga per kilo Rp 500, maka perlu Rp 4.000 untuk tiap liternya. Dengan tambahan dana pengolahan dari minyak jadi biosolar sekitar Rp 2.000 per liter, maka harga jualnya pun tak mampu mencapai Rp 6.000. “Selama ini pengembangan jarak pagar jadi biosolar tak mencukupi karena tak sebanding dengan harga jualnya hanya Rp 4.500,” katanya.
Menurut dia, bahan produksi biosolar dari jarak pagar tak sebanding dengan harga jualnya yang masih disubsidi pemerintah. “Andai saja BBM tak ada subsidi, maka bio solar harganya bisa tergolong murah dan akan dicari,” kata Samsul. Melihat rendemen kemiri sunan yang lebih tinggi dari jarak pagar dan 85 persennya jadi minyak, maka akan butuh biaya lebih murah.
Namun, saat ini yang menjadi kendala pengembangan kemiri sunan, yakni karena budi dayanya lama dan paling cepat yakni empat tahun. Di sisi lain, petani jarang menanam karena tidak bisa dikonsumsi karena mengandung racun. Sehingga penanaman hanya dilakukan pada lahan-lahan yang tidak potensial.
“Kita arahkan petani agar menanam di lahan-lahan yang tidak potensial untuk bahan pangan atau lahan yang kritis dan hampir tidak bisa ditanami bahan pangan. Karena kemiri sunan bisa tumbuh di lahan kritis atau lahan kering,” katanya. Selama ini, kemiri sunan telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, tapi dalam jumlah kecil saja.
Dari tiga daerah yang menjadi target pengembangan kemiri sunan di Jatim, untuk Lamongan diperkirakannya ada lahan sekitar 500 hektar yang bisa ditanami. Sedangkan untuk Bojonegoro, yakni 500 hektar dan Ngawi lebih besar lagi, sekitar 1.000 hektar. Namun, luas arela itu kini masih diteliti.
“Bukan hanya persoalan kesiapan lahan, tapi juga kesediaan masyarakat atau petani menanam kemiri sunan yang baru panen paling cepat empat tahun yang kini jadi persoalan,” ujarnya. Untuk menyiasatinya, pihaknya akan memberikan bantuan hibah tanaman semusim seperti jagung yang dapat dipanen sembari menunggu kemiri sunan dapat berbuah. (afr/Diskominfo Jatim)

Author By : Yasint - Bahan Bakar Nabati dari Kemiri Sunan Baru Dikembangkan 2013 - 09 May 2012