Madura Punya Potensi Pengembangan Tebu Seluas 65.000 Hektar
Salah satu pelaksanaan pembangunan perkebunan di Jatim yang memiliki nilai strategis adalah agribisnis tebu, dan saat ini Jatim masih sebagai pemasok bahan baku tebu terbesar terhadap kebutuhan industri gula nasional.
Namun dalam upaya meningkatkan nilai pasokan gula nasional tidak terlepas dari beberapa kendala, terutama dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang semakin lama semakin meningkat sehingga terjadi penurunan luas lahan untuk usahatani. Karena itu secara berkelanjutan dan konsisten ditempuh dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang telah ada dan dapat diandalkan dalam memperkokoh fundamental tercapainya swasembada gula nasional.
Dari kondisi tersebut untuk memacu tercapainya swasembada gula nasional yang dimotori dengan peningkatan produksi gula dari Jatim, maka dengan bersandar pada strategi potensi wilayah, Madura akan mampu mendukung penyelesaiannya.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim Ir Moch Samsul Arifien, M.MA mengatakan, berdasarkan kajian Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Madura punya potensi lahan seluas 65.000 hektar, dengan tingkat kesesuaian S2 (cukup sesuai) dengan indikator produksi lebih kurang 70 – 90 ton tebu/hektar.
Selain itu dari hasil percobaan penanaman (denplot) tahun 2009 untuk giling tahun 2010 bekerjasama dengan PG Candi Baru Sidoarjo menunjukkan hasil yang tidak mengecewakan. Dimana dari kebun denplot seluas 14,5 hektar di Kecamatan Omben, Ketapang dan Jrengik Kabupaten Sampang setiap hektarnya mampu menghasilkan 70 – 90 ton tebu siap giling.
”Berawal dari kenyataan tersebut, maka kami berkeyakinan Madura, khususnya Kabupaten Bangkalan dan Sampang mampu sebagai pemasok kebutuhan industri tebu di Jatim dan utamanya dalam mendukung swasembada gula nasional,” katanya.
Selain itu imbuh Samsul, pengembangan tebu di Madura sangat diperlukan guna menambah keanekaragaman usaha perkebunan, meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan kemampuan potensi lahan sehingga masyarakat Madura dapat melakukan agribisnis perkebunan dengan baik dan benar.*
Namun dalam upaya meningkatkan nilai pasokan gula nasional tidak terlepas dari beberapa kendala, terutama dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang semakin lama semakin meningkat sehingga terjadi penurunan luas lahan untuk usahatani. Karena itu secara berkelanjutan dan konsisten ditempuh dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang telah ada dan dapat diandalkan dalam memperkokoh fundamental tercapainya swasembada gula nasional.
Dari kondisi tersebut untuk memacu tercapainya swasembada gula nasional yang dimotori dengan peningkatan produksi gula dari Jatim, maka dengan bersandar pada strategi potensi wilayah, Madura akan mampu mendukung penyelesaiannya.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim Ir Moch Samsul Arifien, M.MA mengatakan, berdasarkan kajian Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Madura punya potensi lahan seluas 65.000 hektar, dengan tingkat kesesuaian S2 (cukup sesuai) dengan indikator produksi lebih kurang 70 – 90 ton tebu/hektar.
Selain itu dari hasil percobaan penanaman (denplot) tahun 2009 untuk giling tahun 2010 bekerjasama dengan PG Candi Baru Sidoarjo menunjukkan hasil yang tidak mengecewakan. Dimana dari kebun denplot seluas 14,5 hektar di Kecamatan Omben, Ketapang dan Jrengik Kabupaten Sampang setiap hektarnya mampu menghasilkan 70 – 90 ton tebu siap giling.
”Berawal dari kenyataan tersebut, maka kami berkeyakinan Madura, khususnya Kabupaten Bangkalan dan Sampang mampu sebagai pemasok kebutuhan industri tebu di Jatim dan utamanya dalam mendukung swasembada gula nasional,” katanya.
Selain itu imbuh Samsul, pengembangan tebu di Madura sangat diperlukan guna menambah keanekaragaman usaha perkebunan, meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan kemampuan potensi lahan sehingga masyarakat Madura dapat melakukan agribisnis perkebunan dengan baik dan benar.*
