Image

NILAI TUKAR PETANI PERKEBUNAN RAKYAT (NTPPR) CAPAI 104,85 SEBAGAI INDIKATOR MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN PETANI PERKEBUNAN

30 Jun 2014  |   Berita   |   74 views

Pembangunan nasional pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk itu dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang penting. Indonesia sebagai negara agraris, jumlah penduduk yang terlibat dalam kegiatan pertanian / agribisnis sangat besar, sehingga perhatian terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Dalam rencana jangka panjang pembangunan nasional peningkatan kesejahteraan petani telah dan akan menjadi prioritas pembangunan pertanian mendatang.

Salah satu indikator / alat ukur yang dipakai untuk menilai tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP dihitung dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (IT) terhadap indeks harga yang dibayar petani (IB). Konsep ini secara sederhana dapat menggambarkan daya beli petani. Apabila laju peningkatan IT lebih tinggi dari laju IB maka NTP akan meningkat, dan sebaliknya. Pergerakan NTP mengidentifikasikan pergerakan tingkat kesejahteraan petani.

Indikator NTP yang dibangun BPS mempunyai unit analisa nasional dan merupakan agregasi dari provinsi dan sub sektor / komoditi. Dengan demikian disamping dapat diketahui daya beli petani nasional juga dapat diketahui dan diperbandingkan daya beli petani antar regional provinsi dan daya beli antar sub sektor. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu sub sektor dari sektor pertanian tentunya juga sangat memperhatikan NTP sub sektor perkebunan dengan melaksanakan program – program pembangunan perkebunan dengan optimal. Bersama Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur yang ikut mengawal pelaksanaan program – program pembangunan perkebunan tersebut, membuahkan hasil menggembirakan berupa tren NTP sub sektor perkebunan yang meningkat dibandingkan Tahun 2013 dengan rata – rata sebesar 94,20. Dan memasuki bulan Januari NTP meningkat mencapai 102,14 yang kemudian meningkat lagi menjadi 102,23 pada Pebruari. Setelah sempat mengalami penurunan pada bulan Maret menjadi 102,02, kembali mengalami peningkatan menjadi 103,70 pada bulan April dan peningkatan berlanjut pada bulan Mei menjadi 104,85. Nilai NTP yang terus bergerak di atas angka 100 menunjukkan indeks harga yang diterima (IT) lebih besar daripada indeks harga yang dibayar (IB), yang artinya petani memiliki nilai tambah penghasilan (laba) dalam usaha perkebunannya. Tren NTP yang meningkat tersebut juga menunjukkan penghasilan dan daya beli petani perkebunan yang terus meningkat atau dengan kata lain kesejahteraan petani perkebunan Jawa Timur mengalami tren peningkatan.

Hasil yang dicapai ini menunjukkan keberhasilan dari program-program pembangunan perkebunan Jawa Timur di antaranya berupa pengembangan komoditi unggulan dan pengembangan sarana dan prasarana yang bersumber baik dari dana APBN maupun APBD.

Pengembangan komoditi unggulan perkebunan meliputi intensifikasi / perluasan tanaman semusim seluas 42.726 ha dan pengembangan tanaman tahunan-rempah-penyegar seluas 20.578 ha. Dari intensifikasi / perluasan tanaman semusim tersebut, untuk komoditi tebu seluas 30.200 ha (kegiatan terdiri dari Bongkar ratoon seluas 28.400 ha dan Perluasan 1.800 ha) dan untuk komoditi tembakau seluas 12.526 ha (kegiatan berupa intensifikasi, demplot NPK, demplot pupuk organik, pembenihan, substitusi bahan bakar dan kemitraan virginia). Sedangkan pengembangan tanaman tahunan-rempah-penyegar meliputi kegiatan: pengembangan kakao, kopi arabika, cengkeh jambu mete, cabe jamu, nilam; rehab kopi robusta dan rehab pengembangan peremajaan kelapa.

Pengembangan sarana dan prasarana meliputi komoditi tebu, tembakau, kopi, kakao nilam dan kelapa. Untuk komoditi tebu berupa: sarana pengolahan gula merah, alat timbangan tebu (crane), alat tebang dan muat tebu. Pompa air, mist blower, cultivator, keranjang dan APPO disiapkan untuk komoditi tembakau. Sedangkan untuk komoditi kopi berupa UPH Kopi, setup lebah madu, alat pengolahan kopi dan alat pasca panen. Komoditi kakao berupa alat penjemur biji, alat pengempa lemak, alat ukur kadar air, dryer dan kotak fermentasi. Untuk komoditi nilam disiapkan alat penyuling nilam, sedangkan untuk komoditi kelapa berupa pengolah gula merah kelapa.

Kesuksesan program – program tersebut diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan mutu produk sehingga dapat meningkatkan NTP sub sektor perkebunan dan menjadi pemicu semangat dalam pelaksanaan program pembangunan demi kesejahteraan petani perkebunan. (Tim)

Author By : Rokhma - NILAI TUKAR PETANI PERKEBUNAN RAKYAT (NTPPR) CAPAI 104,85 SEBAGAI INDIKATOR MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN PETANI PERKEBUNAN - 30 Jun 2014