Image

SEMANGAT SILATURAHIM DAN HALAL BIL HALAL GAPPERINDO MENATAP PERKEBUNAN KE DEPAN

03 Sep 2014  |   Berita   |   77 views

             Semangat silaturahim insan perkebunan senantiasa perlu dipupuk agar terjalin lebih erat. Hal ini diperlukan dalam menghadapi masa depan perkebunan yang memasuki era global. Demikian penekanan dari Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ir. H.M. Samsul Arifien, MMA dalam memberikan sambutan pada acara Halal bil Halal GAPPERINDO Jawa Timur yang berlangsung pada tanggal 1 September 2014 di Hotel Oval Surabaya. Acara yang dikemas santai sebagai sebuah keluarga besar masyarakat perkebunan tersebut dihadiri pula oleh Ketua Umum GAPPERINDO Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, Ketua GAPPERINDO Jatim Arum Sabil, Dirut PTPN XII Drs. Irwan Basri, MM serta seluruh asosiasi petani perkebunan di Jawa Timur.

            Lebih lanjut dalam sambutannya, Kadisbun Jatim memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat perkebunan di mana dalam 3 tahun terakhir ritme perkembangan perkebunan berada pada jalur yang benar (on the track). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkebunan Jawa Timur 3 tahun yang lalu sebesar Rp. 14 triliun, sekarang telah meningkat menjadi Rp. 20 triliun. Dengan kata lain dalam setiap tahunnya kita telah dapat meningkatkan PDRB perkebunan Jatim sebesar Rp. 2 triliun per tahun. Angka tersebut adalah jumlah PDRB dari seluruh komoditi perkebunan Jawa Timur seperti tebu, tembakau, kopi, kakao, cengkeh, cabe jamu dll.

            Ir. HM. Samsul Arifien memberikan contoh capaian komoditi tebu yang merupakan penyumbang PDRB perkebunan terbesar yaitu nilainya mencapai Rp. 10 triliun. Pada 3 tahun yang lalu luasan areal tebu di Jatim 198 ribu ha sekarang telah menjadi 217 ribu ha di mana hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Luasan ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Jatim menanam tebu. Walaupun disinyalir ada rembesan tebu dari luar Jatim masuk ke PG di Jawa Timur, namun ternyata jumlahnya sedikit sekitar 2 ribu ha saja, sehingga luasan areal Jatim tetap tinggi yaitu 215 ribu ha. Menyikapi tentang rendemen yang masih menjadi permasalahan klasik, Kadisbun mengungkapkan telah dilakukan langkah-langkah seperti terbitnya Perda Rendemen, Audit Efisiensi PG, serta pembentukan Tim Rendemen oleh Ditjenbun. Inti dari langkah-langkah tersebut sebenarnya adalah silaturahim, di mana kita akan bisa tahu bagaimana sebenarnya kondisi tebu petani dan bagaimana kondisi Pabrik Gula sehingga akan terjalin kerjasama yang saling menguatkan.

            Komoditi perkebunan lain yang disinggung oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur adalah tembakau. Dikatakan oleh Kadisbun bahwa tembakau di persimpangan jalan. Jawa Timur tetap berkomitmen untuk meningkatkan produksi tembakau terutama tembakau virginia melihat kenyataan bahwa Pabrik Rokok masih mengimpor tembakau jenis ini dari Cina. Tembakau yang menyumbang PDRB Jatim sebesar Rp. 3 triliun ternyata menghasilkan nilai cukai yang sangat besar yaitu 75% dari cukai nasional. Jika pada tahun 2014 ini cukai nasional diprediksi mencapai Rp. 104 triliun, maka Jawa Timur menyumbang sebesar sekitar Rp. 76 triliun, yang mana angka ini melampaui keuntungan seluruh perusahaan BUMN dengan keuntungan hanya mencapai Rp. 35 triliun saja. Dengan rencana pemerintah yang akan meratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), yang telah ditandatangani oleh 176 negara, sampai saat ini ternyata presiden belum menandatangani ratifikasi tersebut. Maka menjadi benarlah situasi tembakau di persimpangan jalan.

            Menyorot komoditi Kopi, Ir HM. Samsul Arifien, MMA. mengungkapkan bahwa produksi kopi perkebunan rakyat dan perkebunan besar di Jawa Timur berkisar antara 56 sampai 60 ribu ton per tahun. Dari jumlah tersebut, konsumsi untuk masyarakat Jawa Timur masih rendah, yaitu sekitar 0,5 – 0,7 kg per orang per tahun atau untuk seluruh masyarakat Jawa Timur mencapai sekitar 17 ribu ton per tahun. Sisa 40 ribu ton tersebut akan diekspor, namun kenyataan di lapangan nilai ekspor kopi Jawa Timur mencapai 77 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat aliran masuk kopi dari luar Jawa Timur untuk diekspor lewat Jawa Timur. Kopi Jawa Timur memang telah diakui memiliki nama di pasar dunia seperti Kopi Bondowoso / Kawasan Ijen Raung yang telah memiliki sertifikat IG (Indikasi Geografis) dikenal dengan nama  Java Coffee. Juga terdapat Kopi Dampit yang ke depan juga akan mengajukan sertifikasi IG. Untuk komoditi kakao, Kadisbun kembali mengungkap keberhasilan kakao rakyat di zona pantai selatan dari Pacitan sampai Banyuwangi yang telah mengembalikan produksi kakao Jawa Timur seperti kondisi perkebunan besar 7 tahun yang lalu yaitu dengan produksi 35 ribu ton. Mengingat konsumsi kakao dari masyarakat kita yang masih rendah, Kadisbun berharap agar ditingkatkan dengan menghidangkannya pada acara-acara sebagai alternatif pendamping dari minuman kopi yang sudah membudaya.

            Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2015 nanti, masyarakat perkebunan harus siap dengan komoditi perkebunan yang telah diekspor selama ini. Jawa Timur memang dikenal telah mengekspor berbagai komoditi baik yang berasal dari Jawa Timur maupun dari wilayah Indonesia Timur. Berbagai komoditi ekspor perkebunan tersebut adalah tebu (diekspor bentuk molases), kopi, jambu mete, lada, pala, dll. dengan nilai yang cukup membanggakan yaitu sebesar ± Rp. 7 triliun. Ke depan kita harus terus kembangkan komoditi perkebunan ekspor tersebut, demikian Kadisbun Jatim menutup sambutannya.

            Sebelumnya, Ketua Umum GAPPERINDO Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan juga memberikan wejangan mengingatkan kembali mengenai makna logo GAPPERINDO. Mengapa dipakai simbol daun, menunjukkan bahwa daun sebagai penangkap energi dari matahari yang merupakan sumber utama energi di muka bumi, sehingga GAPPERINDO bisa diibaratkan sebagai dapur bagi bangsa ini. Sedangkan segi tiga menunjukkan kestabilan dan kekokohan karena bidang yang paling stabil adalah segi tiga. Dengan mengingat makna tersebut, maka falsafah yang dapat diambil adalah falsafah menghidupi / memberi kehidupan dan bukan falsafah transaksional. Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan juga membeberkan bahwa pada tahun 2025 nanti diprediksi bahwa semua produk pertanian akan turun nilainya, namun semestinya hal ini tidak akan membuat petani susah. Kuncinya ada pada industri yang berjalan, seperti yang telah terjadi pada negara-negara maju bahwa petani di sana justru malah makmur, karena proses industri pertanian telah berjalan dengan maju dan pesat. Maka diperlukan kerja keras dari kita semua agar hal tersebut juga akan dapat kita capai. Senada dengan Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, Ketua GAPPERINDO Jatim Arum Sabil juga mengungkapkan bahwa 30 tahun yang akan datang dunia akan menghadapi masalah pangan, di mana terdapat 9 milliar manusia di muka bumi, sedangkan ladang pertanian / perkebunan semakin sempit. Indonesia menjadi sangat penting dan menjadi pusat perhatian dunia sekarang, karena harapan pengembangan luas areal pertanian / perkebunan masih terbuka lebar di negara tercinta kita ini. Demikian tokoh-tokoh GAPPERINDO memberikan pandangan dalam sambutannya.

            Seakan tak ingin terlalu larut dalam keseriusan, seluruh hadirin akhirnya menikmati acara tersebut dengan santai di mana para tokoh perkebunan saling memberikan suara emasnya. Kadisbun Jatim yang di awal kehadirannya telah berkenan menyumbangkan suara emasnya untuk menghangatkan suasana pada pagi itu, telah disambut pula oleh Ketua GAPPERINDO Jatim Arum Sabil yang juga membawakan sebuah lagu. Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan selaku Ketua Umum GAPPERINDO membacakan sebuah puisi yang disimak oleh seluruh hadirin, diikuti pula oleh Drs. Irwan Basri, MM selaku Dirut PTPN XII turut menyumbang sebuah lagu. Kemeriahan acara akhirnya ditutup dengan halal bil halal saling berjabat tangan untuk maaf memaafkan segala kesalahan dan kekhilafan antara semua tokoh perkebunan, Kadisbun Jatim dan asosiasi petani perkebunan Jawa Timur. (Tim)

 

 

Author By : Rokhma - SEMANGAT SILATURAHIM DAN HALAL BIL HALAL GAPPERINDO MENATAP PERKEBUNAN KE DEPAN - 03 Sep 2014