Image

STOK GULA MENUMPUK DI JAWA TIMUR

17 Oct 2014  |   Berita   |   71 views

Harga lelang gula petani di pabrik gula yang tak kunjung naik menjadi pukulan berat bagi petani tebu Jawa Timur. Keresahan petani menduga rembesan gula rafinasi ke pasar gula konsumsi sebagai penyebabnya. Kementerian perdagangan telah memberikan instruksi kepada importir/produsen Gula Kristal Rafinasi untuk hanya menyalurkan gulanya ke industri makanan dan minuman, sebagaimana tertuang dalam Surat Menteri Perdagangan Nomor 915/M-DAG/SD/8/2014 tanggal 8 Agustus 2014. Dalam instruksi tersebut juga menyatakan agar penyaluran dilakukan langsung sendiri dan tidak menggunakan jasa distributor. Keberpihakan pemangku kepentingan terhadap kondisi industri gula nasional tersebut akan berhadapan langsung dengan respon pasar yang dirasakan sangat lambat. Nampaknya prinsip ekonomi telah mematahkan keperdulian kita terhadap berlangsungnya usaha tani tebu. Pengusaha gula cenderung mencari gula dengan harga terendah yang lebih cepat terserap pasar.

Kondisi pasar seperti itu telah mengakibatkan stok gula petani menumpuk di gudang-gudang PG di Jawa Timur. Kapasitas gudang hampir terisi penuh, sedangkan aliran keluar gudang masih sangat minim. Jika hal ini terus terjadi maka dalam waktu dekat gudang penyimpanan gula akan penuh total, dan berakibat PG berhenti giling karena sudah tidak ada tempat untuk menyimpan gula lagi. Pabrik Gula akan berpikir dua kali untuk menyewa gudang lain karena akan menambah pengeluaran.

Dalam kunjungan ke PG. Wonolangan milik PTPN XI (PERSERO) belum lama ini berbagai awak media cetak dan elektronik menyaksikan stok gula yang memenuhi hampir seluruh gudang milik PG. Wonolangan. Memang berangsur telah mulai ada pembelian gula dari wilayah Indonesia Timur seperti Bali, namun jumlahnya belum sebanding dengan stok gula di gudang. Stok gula yang ada di gudang saat ini adalah hasil produksi giling tahun 2014 saja. Sedangkan sisa giling tahun 2013 yang dulu juga sempat tersendat pendistribusiannya, sudah habis. Bisa dikatakan produksi gula musim giling tahun 2014 ini belum banyak laku terserap pasar.

Tak terserapnya gula petani telah mengakibatkan petani berada dalam kondisi dilematis dan terpojok. Di satu sisi mereka ingin gulanya segera laku terjual dengan harga sesuai HPP yang ditetapkan pemerintah Rp.8.500 per kg untuk menutup ongkos produksi yang telah dikeluarkan, sedangkan di sisi lain pasar belum mau menerima dan lelang gula masih berada di bawah HPP yaitu Rp.8.200 per kg dan bahkan pernah mencapai hanya Rp.8.100 per kg. Petani yang masih bertahan, tidak akan melepas gula dengan harga serendah itu, mereka berharap gulanya laku sesuai HPP. Lingkaran setan ini telah memandegkan alur distribusi gula sehingga stok gula menumpuk di gudang. (Tim)

Author By : Rokhma - STOK GULA MENUMPUK DI JAWA TIMUR - 17 Oct 2014