Image

Mengenal Burung Hantu (Tyto alba) Predator Hama Tikus Pada Tanaman Tebu

08 Jul 2019  |   Berita   |   658 views

Hama tikus masih menjadi ancaman bagi petani tebu di indonesia. Kerusakan yang disebabkan oleh tikus dapat menurunkan produktivitas tanaman. Hal ini terjadi karena tikus dapat menimbulkan daya rusak yang besar dan dalam waktu  singkat. Biasanya tikus menyerang tebu pada musim kemarau panjang. Pada tanaman tebu muda, tikus menyerang batang sehingga daun menjadi layu. Sedangkan pada tanaman tua, Tikus merusak pangkal batang di dalam tanah, batang di atas permukaan tanah dan pucuk tanaman. Pengendalian tikus yang banyak dilakukan oleh masyarakat antara lain gropyokan, emposan, dan pemasangan umpan beracun.
Salah satu cara pengendalian tikus yang saat ini banyak dikembangkan adalah pemanfaatan predator Burung hantu. Cara ini merupakan salah satu teknik pengendalian yang mengacu pada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).
DESKRIPSI DAN BIOEKOLOGI BURUNG HANTU (Tyto alba)
Klasifikasi Burung hantu (Tyto alba)
Kingdom    : Animalia
Filum        : Chordata
Kelas        : Aves
Ordo        : Strigiformes
Family        : Tytonidae
Genus        : Tyto
Spesies        : Tyto alba
Burung hantu Tyto alba mudah dikenali sebagai burung hantu putih dengan ukurannya yang  besar mencapai 34 vm. Wajah berwarna putih dengan tepian berwarna coklat. Mata tajam dan menghadap ke depan.  Bulu lembut dengan bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat yang tersebar pada bulu. Bulu Tyto alba juga memiliki lapisan lilin, sehingga ketika terbang menyambar mangsa tidak bersuara. Bagian bawah tubuh Tyto alba berwarna putih ,dengan beberapa bercak hitam yang tersebar (terkadang tidak ada). Kepala besar , membulat dan kekar.
Memiliki paruh yang tajam, menghadap ke bawah dengan warna keputihan. Kaki berwarna putih kekuningan hingga kecoklatan. Ukuran burung jantan dan betina hampir sama, meski seringkali betina lebih besar daripada jantan.
Burung hantu termasuk hewan nokturnal yang beraktivitas di malam hari. Pada malam hari, Daya penglihatan dan pendengarannya sangat tajam. Tyto alba mampu mendengar suara tikus hingga jarak 500 m. Penglihatannya sangat tajam karena sinar infra merah yang dimilikinya, sehingga mampu melihat jelas dalam malam yang gelap.
Hidupnya berkelompok dan mampu berkembang biak dengan cepat. Induk nya bertelur 2-3 kali dalam satu tahun, sekali bertelur bisa mencapai 6-12 butir dengan masa mengeram selama 27-30 hari. Bentuk telur bulat , berwarna putih, dengan panjang 38-46 mm dan lebar 30-35 mm
TEKNIK PENGENDALIAN
Tyto alba berpotensi menjadi predator hama tikus karena jenis pakan utamanya adalah tikus, sedangkan pakan lainnya dalam jumlah sedikit seperti burung kecil, ular, katak, jenis cecurut dan kadal. Burung hantu mampu memangsa tikus sampai lima ekor per hari. Burung hantu memiliki kawasan berburu yang teratus dan tetap. Selama masih ada tikus, ia tidak akan meninggalkan kawasan tersebut.
Pemanfaatan burung hantu untuk pengendalian tikus pada tanaman tebu, disarankan diletakkan pada areal tanaman muda. Pada lahan seluas 1 – 5 ha, gupon (rubuha) ditempatkan pada areal tanaman tebu muda dengan ketinggian 3-4 m, agar burung hantu dapat melihat pergerakan tikus(Etik, 2012)
Burung hantu dewasa, ditempatkan secara berpasangan pada gupon dan setiap hari disediakan makan berupa tikus sawah atau mencit. Tiap burung memerlukan 2-4 ekor/hari, tergantung besarnya tikus. Setelah ± 1 bulan, mereka dilepaskan dan dibiarkan hidup di alam bebas. Daya jelajah terbang nya sejauh 12 km. Pada hari-hari biasa, burung hantu biasanya tidak menempati gupon, tapi di pohon-pohon besar sekitar gupon. Pada saat bertelur, burung hantu akan kembali ke dalam gupon dan tetap tinggal sampai anaknya besar (Sipayung dkk, 1996). Anak-anak burung hantu yang telah berusia 2,5-3 bulan mulai belajar terbang dan meninggalkan induknya untuk mencari tempat tinggal atau gupon yang baru. bUrung hantu mampu bertahan hidup hingga 4,5 tahun
Keuntungan Pengendalian tikus dengan burung hantu diantaranya burung hantu tidak bersifat berpindah-pindah (migratory), ramah lingkungan, tidak memerlukan banyak biaya dan tenaga serta meningkatkan efisiensi waktu petani.  
Usaha pelestarian dan pengembangan populasi burung hantu dapat dilakukan antara lain dengan cara :
-    Melaksanakan Sosialisasi dan publikasi perlindungan Tyto alba
-    Pemeliharaan anakan dan penangkaran
-    Mendirikan Rumah burung hantu (Rubuha) di areal perkebunan atau persawahan
-    Melarang mengganggu, menembak atau mengetapel
-    Membuat peraturan tentang pelestarian dan pengembangan burung hantu
(Agus hidayat, 2018)

Pemanfaatan burung hantu sebagai predator hama tikus pada tanaman tebu sangat efektif untuk diimplementasikan. Karena selain dapat menekan pemakaian rodentisida, pengendalian ini dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah terkait tentang perlindungan dan pengembangan populasi burung hantu. Selain itu perlu kerjasama dari berbagai pihak seperti kelompok tani, gapoktan, petugas penyuluh, pemerintah dalam mengembangkan populasi dan mensosialisasikan burung hantu sebagai sahabat petani dan musuh alami hama tikus.



DAFTAR PUSTAKA
http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-255-burung-hantu-predator-tikus-di-areal-tanaman-perkebunan.html, diakses tanggal 8 Februari 2019
UPT.Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Bioekologi dan Peran Burung Hantu (Tyto alba) Pada Pengendalian Tikus. Dipublikasikan tahun 2018.
http://www.biologiedukasi.com/2017/01/serak-jawa-tyto-alba.html?m=1,diakses tanggal           12 Februari 2019
Hidayat, Agus. http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/cetak/18648, diakses tanggal       12 Februari 2019

Author By : Yasint - Mengenal Burung Hantu (Tyto alba) Predator Hama Tikus Pada Tanaman Tebu - 08 Jul 2019