Image

Perlunya Pertahankan Sinergi Antar Stakeholder

14 Jun 2011  |   Berita   |   80 views

Akhir pekan lalu, Jatim melalui Kabupaten Bondowoso sukses mengekspor kopi berjenis Arabika ke Swiss sebanyak 6,25 ton. Upaya itu tidak jauh dari jerih payah berbagai pihak dalam mendorong kelompok petani seperti Usaha Tani II, Usaha Tani III, Usaha Tani V, Tani Maju dan Sumber Karya yang berhasil memproduksi Kopi Arabika bermutu ekspor untuk menghasilkan Kopi yang terbaik.

Berbagai pihak yang mendukung para kelompok petani itu diantaranya seperti Pemkab Bondowoso, Bank Indonesia, Bank Jatim, Perhutani, Puslit Kakao Jember, PT. Indokom selaku perusahaan eksportir, dan Dinas Perkebunan Jatim. Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir. Moch Samsul Arifien, MMA mengatakan, hal ini ttentunya juga sering dengan program Gubernur Jatim, Dr. Soekarwo yang menginginkan adanya peningkatan kualitas dan kuantitas perkopian Jawa Timur.

“Kesuksesan dalam mengekspor kopi arabika tersebut tidak jauh dari sinergi berbagai pihak yang menjadi energi tersendiri. Sehingga kami juga mengharapkan sinergi ini tetap dipertahankan dan dijaga. Tidak bisa diserahkan kesalah satu pihak saja,”katanya. Adanya bantuan mulai pembinaan hingga pembelian teknologi dari berbagai pihak ini, akan memperkuat tanggung jawab petani dalam upayanya meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi yang dihasilkan. Tidak hanya itu, petani juga bersemangat utnuk mengekspor kopi hingga di masa-masa mendatang.

Samsul juga menceritakan, sebelum Dinas Perkebunan Jatim masuk didialam sinergi kelembagaan dalam mendorong upaya peningkayan kualitas dan kuantitas perkopian di Jatim. Dua tahun lalu, tepatnya dari Bank Indonesia, Bank jatim, Perhutani, Puslit Kakao kopi Jember, PT. Indokom selaku perusahaan eksportir dan pemkab Bondowoso sudah memberikan pembinaan terhadap para kelompok petani. “Menginjak tahun 2010, kelompok petani dengan difasilitasi Pemkab Bondowoso mengusulkan kepada Pemprov dalam hal ini Dinas Perkebunan Jatim agar bisa mendapatkan UPH (Unit Pengolahan Hasil). Dan akhirnya realisasi tahun 2011, Dinas Perkebunan Jatim melalui Bank Jatim akhirnya langsung diberikan dana bantuan langsung pada petani agar bisa membeli teknologi UPH itu, tuturnya.

Dinas Perkebunan Jatim memberikan bantuan bantuan melalui anggaran P2HP (APBN, red) untuk pembelian Unit Pengolahan Hasil (UPH) berupa mesin pengolah kopi basah sebanyak 5 unit melalui rekeningnya masing masing  mendapatkan sebesar 70 juta. “Setelah diberikan melalui rekening, uangnya, para kelompok petani langsung membelikan alat itu ke puslit kakao dan kopi Jember,” katanya. Bantuan tidak terhenti begitu saja, Bank Indonesia juga mengucurkan dananya untuk pembangunan rumah untuk tempat UPH. Sedangkan, Bank Jatim sendiri juga menucurkan dana kredit bagi masing-masing kelompok petani sebesar Rp. 100 juta.

Sebelum mengekspor kopi ke Swiss, sebelumnya terjadi tarik ulur mengenai harga kopi antara petani dan Indokom selaku pengeksportir. Akhirnya, terjadi kesepakatan yakni Rp. 38 ribu per kg (berkulit tanduk, red). Dalam gelar ekspor perdana kopi arabika di Bondowoso ini juga dicanangkan gerakan minum kopi bersama yang dilakukan Bupati Bondowoso Drs. H. Amin Said Husni, Deputi gubernur Bank Indonesia (BI) Budi Rochadi, dan Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir. Moch. Samsul Arifien, MMA. Hal itu menilik tingkat konsumsi masyarakat terhadap kopi begitu rendah, perkapita hanya 3-3,35 kg per tahun. (Red, Bhirawa 14 Juni 2011)

Author By : Admin - Perlunya Pertahankan Sinergi Antar Stakeholder - 14 Jun 2011