Image

Indonesia Naik ke Peringkat Dua Negara Penghasil kakao

06 Dec 2011  |   Berita   |   71 views

Selama ini, hasil produksi kakao dunia mencapai 2,5 juta ton. Jika pada 2010 lalu Pantai Gading menjadi negara pertama penghasil akako terbesar dunia dengan hasil produksi 1,2 juta ton, Ghana diperingkat kedua dengan 650 ribu ton, dan Indonesia diurutan ketiga dengan 550 ribu ton. Kini peringkat itu berubah. Jelang akhir tahun 2011 ini, ternyata Indonesia mampu menempati posisi kedua menggeser Ghana dengan peningkatan produksi menjadi 850 ribu ton.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA mengatakan, kebutuhan kakao dunia per tahun bisa mencapai 6,7 juta ton dan baru bisa terpenuhi 2,5 juta ton. Artinya, masih kurang 4 juta ton lebih untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga ini tetap dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk bisa terus meningkatkan hasil produksi.
“Sebanyak apapun produksi kakao Indonesia pasti dapat laku terjual, karena kebutuhan konsumsi kakao yang cukup besar, khusunya bagi daerah Eropa yang banyak mengalami musim dingin,” ujarnya. Dari hasil kakao Indonesia, mayoritas banyak dihasilkan dari daerah Sulawesi dan Sumatera. Di Jawa produksi tertinggi dari Jatim. Ini karena di Jateng gagal mengembangkan kakao, seperti di Gunung Kidul dan di Jabar tak mengembangkan kakao. Dari total sekitar 850 ribu ton produksi kakao Indonesia, Jatim mampu menyumbang sekitar 35 ribu ton dengan rincian 10 ribu ton dari kakao rakyat dan 25 ribu ton lainnya dari kakao perkebunan besar.
Untuk harga jual kakao saat ini juga cukup tinggi. Kini, untuk kakao fermentasi bisa mencapai Rp 23 ribu per kilogram. Namun untuk kakao non fermentasi hanya mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
Untuk hasil produksi kakao Jatim, hingga Oktober lalu masih mengalami penurunan hingga 15 persen. Dengan adanya kemarau panjang ini, buah kakao banyak yang rontok sebelum dipanen. Selain itu, biji kakao juga tidak dapat tumbuh maksimal. Keadaan ini membuat hasil panen petani anjlok. Seperti di lereng Gunung Wilis Madiun, biasanya satu hektare lahan kakao mampu menghasilkan 1 ton biji kakao, namun hanya tinggal 6 kuintal saja.
Selain merugi akibat cuaca kering, petani kakao juga rugi karena pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK). Tingkat kelembaban yang tinggi membuat populasi hama meningkat. Keadaan ini membuat petani merugi, karena buah kakao tidak banyak yang dapat dipanen. Tahun ini pengembangan tanaman kakao di Jatim juga dikembangkan di wilayah pantai selatan seluas 5.000 hektar. Rencananya, pengembangan dilakukan di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, dan Banyuwangi seluas 5.000 hektar.
Upaya pengembangan kakao di psesisir selatan Jatim ini dilakukan guna meningkatkan hasil produki kakao Jatim yang sempat mengalami penurunan. Jika selama setahun hasil produksi kakao Jatim mencapai 35 ribu ton, jumlah itu dianggap masih kurang, sehingga tahun depan akan terus diupayakan peningkatan hasilnya hingga mencapai 40 ribu ton.  (afr/diskominfo jatim)

Author By : Yasint - Indonesia Naik ke Peringkat Dua Negara Penghasil kakao - 06 Dec 2011