"Sebagian besar produk cerutu kita diekspor ke luar negeri. Ekspor terbesar dan yang menjadi pasar utama yakni ke pasar Eropa sebesar 85 persen, sisanya sekitar 10 persen ke Amerika Serikat. Sementara pasar dalam negeri hanya sekitar 5% dari produksi kita," kata Ketua Asosiasi Tembakau Indonesia (APTI), M Koentjoro.
Menurut dia, minimnya serapan dalam negeri ini karena masyarakat Indonesia belum terbiasa mengonsumsi cerutu, karena masih dianggap produk mahal yang hanya bisa dijangkau orang kaya. "Indonesia belum cerutu minded. Baru sebagian kalangan saja. Masyarakat lebih suka mengonsumsi rokok kretek atau rokok filter. Selain sudah mengakar, harganya juga relatif terjangkau," katanya.
Diperkirakannya, volume ini ekspor tembakau cerutu itu akan berkurang, akibat ditutupnya pasar tembakau Amerika Serikat. Solusinya, Indonesia kini harus mencari pasar baru. "Ada beberapa negara di Asia yang saat ini sedang kami jajaki. Di antaranya China, India, dan Filipina," katanya. Meskipun tak sebesar Amerika Serikat, negara-negara di benua Asia ini dianggapnya cukup potensial menjadi sasaran pasar baru.
Seperti diketahui, Bes NO merupakan jenis tembakau untuk rokok cerutu yang biasa diekspor. Bes NO merupakan tembakau unik, karena perlu mendapatkan perlakukan khusus, karena dari proses produksi, perawatan, panen, hingga pasca panen cukup rumit.
Untuk perawatan dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang lebih, yakni saat proses pasca panen. Dalam proses itu, petani petani harus memilah jenis filler (isi), dekblaad (pembungkus luar), dan omblaad (pembungkus dalam). “Dalam proses pasca panen, daun tembakau harus bagus tanpa ada cacat sedikitpun, seperti sobekan daun,” tuturnya.
Rumitnya proses tersebut dan citarasa Bes NO yang unik juga membuat harganya tinggi. Untuk harga filler perkilogram harganya mencapai Rp 20 ribu, Omblaad seharga Rp 50 ribu per kilogram, dan dekblaad seharga Rp 70 ribu perkilogram.
Dengan proses yang rumit dan hasil produksi yang minim, Pemrov jatim pun bakal melakukan uapaya pengembangan Bes No. Di antaranya membantu revitaliasasi gudang Bes No dan juga membantu sarana dan prasarana seperti memberikan keranjang plastik untuk menyimpan lembaran daun Bes NO yang telah dipanen, dan bantuan pupuk khusus yakni KS (Kalcsalpheter).
Bantuan intensifikasi juga terus dilakukan, berupa kegiatan pembinaan, penyediaan, dan pengawasan benih bermutu, percontohan intensifikasi tembakau, pengolahan teknologi pasca panen, dan revitalisasi tembakau ekspor. Dengan intensifikasi, diharapkannya juga mampu meningkatkan nilai tambah bagi petani dari aspek budidaya pasca panen hingga pemasaran. (afr/diskominfo jatim)