Image

5 Spirit Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur

20 Feb 2012  |   Berita   |   58 views

Surabaya – Dalam menjalankan program-programnya, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timut memiliki spirit pembangunan yang Pro-Growth (Pro pertumbuhan), Pro-Job (Pro lapangan kerja), Pro-Poor (Pro masyarakat miskin), Pro-Environment (Pro lingkungan), dan Pro-Gender (Kesetaraan gender). Spirit yang dibangun tersebut sesuai atau sejalan dengan kebijakan Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo, SH, Mhum.
Spirit pertama, yakni pro growt dalam artian meningkatkan peran komoditi perkebunan dalam mendorong pertumbuhan wilayah melalui peningkatan produksi perkebunan. Menurut Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur, Ir. Samsul Arifien, MMA, peningkatan produksi perkebunan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu peningkatan produktivitas melalui intensifikasi dan peningkatan produksi total melalui pengembangan areal baru atau ekstensifikasi.
Tahun 2012, Dinas Perkebunan Jawa Timur memasang target bisa mengembangkan areal perkebunan di seluruh Jawa Timur hingga 1,046 juta hektar melalui dana APBN dan APBD. Pengembangan komoditi perkebunan dilakukan melalui pendekatan zonasi, yakni zona pantai selatan (kakao); zona tengah (tebu); zona pantura dan tapal kuda (tembakau), serta zona madura (pantura madura mete; barat tebu dan timur tembakau). Keempat zona itu sudah masuk dalam rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
“Areal perkebunan di seluruh Jawa Timur tahun 2010 untuk perkebunan besar dan rakyat seluas 984 ribu hektar, meningkat pada tahun 2011 lalu seluas 1,028 juta hektar. Tahun ini kami akan melakukan upaya pengembangan, dan ditargetkan total areal perkebunan hingga mencapai 1,046 juta hektar,”katanya. Upaya pengembangan/ekstensifikasi dan intensifikasi dilakukan baik terhadap tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Ekstensifikasi lebih fokus pada tanaman tahunan dengan sasaran seluas 20.984 hektar, sedangkan intensifikasi utamanya untuk tanaman semusim seluas 12.276 hektar.
Terkait produksi, Samsul menjelaskan selama tahun 2011 lalu, total produksi perkebunan di Jawa Timur mencapai 1,650 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1,550 juta ton. Produksi terbesar adalah gula yang mencapai 1 juta ton lebih. “Total PDRB sumbangan dari komoditi perkebunan pada tahun 2011 sebesar Rp 18 triliun atau tumbuh 12,5 % dibanding tahun 20110 sebesar Rp 16 triliun. Terbesar dari tebu memberikan kontribusi terhadap PDRB Jatim sebesar Rp 8,5 triliun dan tembakau Rp 3 triliun.
Spirit kedua yang diusung Dinas Perkebunan adalah Pro Job atau pro lapangan kerja, termasuk didalamnya menciptakan pasar tenaga kerja yang fleksibel dan menciptakan hubungan industri yang kondusif. Samsul Arifin mengatakan, untuk meningkatkan tenaga kerja utamanya di pedesaan, Dinas Perkebunan menggerakkan petani untuk melakukan intensifikasi dengan memberikan upah yang layak, menggerakkan tenaga kerja dengan pembibitan tanaman, menyerap tenaga kerja melalui penanganan pasca panen, serta upaya lain dalam meningkatkan aktivitas perekonomian petani. “Kami memberikan bibit, pupuk dan polibag kepada petani untuk pembibitan juga diberi bantuan upah. Bantuan pupuk dan peralatan untuk mendukung intensifikasi, juga sarana pengolahan untuk penanganan pasca panen,”ujarnya.
Tenaga kerja yang terlibat di perkebunan pada tahun 2010 lalu sebanyak 4,079 juta orang, kemudian tahun 2011 mencapai 4,198 juta orang. “Tertinggi tenaga kerja dari perkebunan rakyat. Untuk perkebunan besar tenaga kerja yang diserap hanya sekitar 130 ribu orang,”sambung Samsul.       
Ketiga adalah Pro Masyarakat Miskin (pro-poor), yaitu meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat agar dapat berkontribusi terhadap pembangunan, memperluas akses terhadap layanan dasar, dan merevitalisasi sektor perkebunan dan ekonomi pedesaan.
Pro-Poor, kata Samsul kaitannya dengan Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Masyarakat (Jalin Kesra) berbasis Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan memberikan bantuan setup lebah madu. Tahun 2011 lalu, program tersebut berhasil direalisasikan dengan memberikan 275 setup ke RTSM. Tahun ini, program serupa ingin dikembangkan ke Rumah Tangga Muskin (RTM) di sekitar perkebunan besar. “Kami memberikan bantuan 4.000 setup lebah madu ke RTM di kantong RTM sekitar perkebunan besar,”terangnya.
Bantuan lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan Anti Properti Program (APP), yaitu memberikan bantuan sarana pengolahan kakao dan gula merah. Harapannya untuk meringankan permodalan petani. “Pengolahan kakao diberikan alat dan modal, sehingga mereka bisa mengolah kakao untuk memberi value added atau nilai tambah produksinya. Tiap kelompok gula merah tebu diberi bantuan alat dan modal Rp 40 juta, dan kakao Rp 20 juta, “ungkap Samsul.
Selanjutnya, Pro Environment yakni pengembangan perkebunan di areal konservasi. Samsul menerangkan, tanaman perkebunan dikembangkan untuk melakukan antisipasi terhadap bencana alam dan serangan hama penyakit. “Pengembangan areal perkebunan yang berfungsi konservasi, misalnya di pantai utara madura dengan jambu mete, di pantai selatan dengan kakao, di wilayah pegunungan zona tengah dengan kopi, “sambungnya.
Terakhir, Dinas Perkebunan Jatim memasang spirit Pro Gender, yaitu dengan melaksanakan Sekolah Lapang Agribisnis (SLa) dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang lokasinya disesuaikan dengan sentra tanaman perkebunan. Dalam program ini, mewajibkan peserta 20 % adalah wanita tani. “Kita galakkan SDM petani tidak hanya suaminya saja, tapi juga istrinya yang juga sangat berperan dalam melaksanakan dan memutuskan usaha tani. Tahun ini kita tingkatkan model sekolah lapang itu di seluruh Jatim sesuai dengan komoditinya, “katanya.                    

Author By : Yasint - 5 Spirit Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur - 20 Feb 2012