Disbun :Stok Gula di Jatim Aman, Harga Gula Jangan Terlalu Tinggi
Surabaya – Dinas Perkebunan Jatim menghimbau agar pedagang gula tidak terlampau tinggi menaikkan harga.
Pernyataan di atas ditegaskan oleh Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifin, MMA. Menurutnya, meski terjadi kepanikan pasar akibat rencana kenaikan BBM, seyogyanya pedagang menaikkan harga dalam batas yang wajar. Sebab, petani tidak bisa menikmati kenaikannya.
“Sekarang ini gula tidak ada di tangan petani dan semuanya ada di pedagang. Jadi pedagang dihimbau jangan seenaknya saja menaikkan harga,”ujarnya.
Di sisi lain Samsul berpendapat kenaikan harga gula selain disebabkan oleh kepanikan karena rencana kenaikan BBM, juga stok gula nasional yang mulai menipis. Ia menjelaskan, kebutuhan gula secara nasional mencapai 2,5 juta ton sementara produksinya hanya 2,280 juta ton.
“Kira-kira perbulan kebutuhan nasional mencapai 208 ribu ton. Kalau panen bulan Mei 2011 kira-kira stok nasional sudah habis bulan depan,”katanya.
Kendati demikian, ia menerangkan agar masyarakat Jatim tidak perlu khawatir kekurangan gula. Menurutnya, stok gula di Jatim sejauh ini masih dalam kondisi aman. Pasalnya, produksi gula di Jatim masih surplus.
“Produksi gula di Jatim tahun lalu sebesar 1,151 ton GKG dan 35 ribu ton gula merah tebu. Kebutuhan untuk konsumsi mencapai 450 ribu ton dan 100 ton untuk pabrik makanan dan minuman. Jadi kita masih surplus sekitar 600 ribu ton,”jelasnya.
Walau surplus, kenaikan harga gula di Jatim tetap tidak bisa dihindari. Saat ini, pedagang sudah banyak menerapkan harga gula di atas Harga Patokan Petani (HPP).
“Harga gula sekarang Rp10.100 per kg berada di atas harga HPP. HPP yang direkomendasikan Dewan Gula Indonesia sebesar Rp8.750 naik dari sebelumnya Rp7.000 per kg,”katanya.
Sebenarnya, jelas Samsul, petani menuntut HPP sebesar Rp9.200 per kg. Jumlah tersebut didasarkan pada biaya produksinya naik 20% dan didasarkan pada inflasi. “HPP Rp9.200 itu saja petani masih untung 10 persen,”tandasnya.
