Image

Hama Tungau Kuning (P. latus). Pada Tanaman Wijen

17 Dec 2021  |   Artikel   |   3786 views

Wijen (Sesamum indicum L) diperkirakan berasal dari benua Afrika, kemungkinan Ethiopia. Wijen tumbuh dan berkembang di daerah savana sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Di Indonesia, wijen sudah lama dibudidayakan. Sentra penanaman wijen di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Wijen (Sesamum indicum L.) adalah tanaman semak semusim termasuk famili Pedaliaceae (Soenardi, 1996). Biji wijen mengandung 35-57% minyak, 19-25% air, 20-30% protein, 11% karbohidrat, 14 % lemak jenuh, dan 85, 8 % lemak tak jenuh. Tanaman wijen dapat dibudidayakan pada ketinggian 0 – 1.200 m dpl dengan suhu 25 - 30ºC, cahaya penuh, curah hujan 300 – 1.100 mm/tahun. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan tetapi tidak tahan tergenang. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi wijen. Namun ada beberapa kendala yang terjadi saat budidaya. Salah satunya adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang wijen adalah tungau kuning (P. latus). Kerusakan daun yang disebabkan oleh serangan tungau P. latus mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, cacat, kerdil dan mengalami stagnasi. Intensitas kerusakan oleh hama tungau P. latus bisa mengakibatkan penurunan produksi lebih dari 50%. Tungau menyerang dengan cara mengisap cairan sel daun. Serangan awal biasanya hanya berupa bintik -bintik pada   permukaan daun bagian bawah. Serangan tungau mengakibatkan daun menjadi   keriting, menggulung dan akhirnya kering. Serangan pada kuncup bunga dan bunga mengakibatkan tidak terbentuk buah dan penurunan produksi.Tungau kuning (P. latus) berukuran relatif kecil (0,8 mm), banyak ditemukan pada permukaan daun bagian bawah, berkembangbiak dengan cara kopulasi/kawin, akan tetapi ada juga yang tidak mengalami kopulasi. Apabila tidak mengalami kopulasi, keturunan yang dihasilkan biasanya hanya betina saja.Seekor imago betina dapat meletakkan telur antara 36 - 40 butir atau 5 - 8 butir perhari. Siklus hidup tungau kuning (P. latus) mengalami metamorfose tidak sempurna, yaitu telur, larva, nimfa, dan imago

Telur
P. latus banyak dijumpai pada permukaan daun bagian bawah di antara ranting tulang daun, disisipkan diantara bulu daun yang warnanya hampir sama dengan bintik – bintik kristal daun wijen. Telur berbentuk oval, transparan, berwarna putih bening dan pada bagian kulit luar terdapat tonjolan yang rata - rata berjumlah 9 baris. Telur mudah pecah, berukuran panjang 0,7 mm dan diameter 0,14 mm. Telur menetas menjadi larva berukuran sangat kecil 0,1 mm. fase telur pada tanaman wijen berkisar 1 - 2 hari.

Larva
Larva - Larva yang baru menetas berukuran sangat kecil (0,1 mm), berbentuk oval, berwarna putih, dan mempunyai tiga pasang kaki yang belum sempurna. Selama perkembangan larva, warna berubah dari kuning kehijauan atau hijau gelap sampai kuning kecoklatan. Setelah dua hari, larva akan berubah menjadi nimfa. Fase larva pada tanaman wijen berlangsung selama 1 – 3 hari dan pada masa tersebut pergerakan larva tidak terlalu aktif.

Nimfa
Pada masa nimfa, tungau P. latus mempunyai tiga pasang tungkai yang sudah sempurna dan akan tumbuh sepasang tungkai baru sehingga menjadi empat pasang tungkai. Pada ujung tungkai keempat nimfa jantan terbentuk kuku yang berfungsi sebagai pengait, sedangkan pada nimfa betina pada satu pasang tungkai keempat terbentuk seperti cambuk (satu pasang kaki keempat tereduksi/semu). Saat pergantian kulit/ekdisis, nimfa jantan banyak ditemukan membawa nimfa betina dengan tungkai belakang. Nimfa jantan tersebut menunjukkan telah dewasa dan siap untuk kopulasi. Apabila telah menjadi dewasa/imago, nimfa tersebut siap untuk kopulasi/kawin dan menjadi pasangan kopulasi. Fluktuasi populasi tungau kuning sangat dipengaruhi oleh   ketersediaan pakan untuk kelangsungan hidup dan berkembang biak. Keadaan lingkungan, suhu dan kelembapan berpengaruh positif terhadap fluktuasi populasi hama. Ciri fisiologis tungau dewasa yaitu ukuran panjang 1,5 mm, transparan, dan warna kuningan kecoklatan. Selama masa hidup (5 - 6 hari). Seekor tungau betina dapat meletakkan telur sebanyak 36 -40 butir atau 5 -8 butir perhari pada suhu 30ºC dan kelembapan 73%. Perbandingan antara tungau jantan dan betina adalah 1: 2 atau 1 ekor jantan dan 2 ekor betina P. latus dewasa betina dapat hidup sampai hampir mencapai 10 hari dan menghasilkan telur rata –rata 2 - 5 butir perhari (20 -50 butir).

Pengendalian :
Menggunakan pestisida nabati ekstrak daun paitan + daun tembakau + daun sirsak, tanaman paitan (mengandung asam palmitan, 9 – pentadekadien – 1 - 0l, benzyl benzoate, steraldehida, dan metilamina), tembakau dengan senyawa utama   nikotin, dan daun sirsak (mengandung senyawa asetogenin, antara lain asimisin, bulatocin, dan squamosin)


DAFTAR PUSTAKA 

Soenardi. 2003. Budidaya Tanaman Wijen. Balittas Malang
Subiyakto dan Harwanto. 1996. Hama Tanaman Wijen dan Pengendaliannya. Monograf Balittas (2) : 31 - 37
Tukimin, S.W. 2010. Populasi dan Tingkat Serangan Tungau Kuning Polyphagotarsonemus latus (Banks) Pada Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.)   Jurnal Agrivita.12(1) :47- 57 hlm.
Untung, K.2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada Press. Edisi II, Yogyakarta. Hlm. 132 -150






Author By : Irma Kisworini, SP. - Hama Tungau Kuning (P. latus). Pada Tanaman Wijen - 17 Dec 2021